MEDOS BANJIR SELAMA AHOK DI PENGADILAN

 Salam hormat salam sejahtera.
Saya akan sambut kalian dg salam agama saya ASSALAMUALSIKUM WARAH MATULLSHI ESBARAKATUH.
 Y selamat datang di blog yg seder hana. Ini akan menjadi pelajarsn penting buat kita semua. Kita semua tau manusia adalah tempat lupa dan salah. Klo kita sadar tentang hal ini kenapa kita tidak hati hati dari awal. 
  nah untuk itu selepas kejadian ini kita harus hati hati dalam mnjaga sikap . Kita jangan melihat masalah dan kita harus ambil hikmahnya.
 ni curhatan sinaga dalam facebook )

"""Adikku Ini Baik Sekali, Isak Tangis Nana Kakak Angkat Ahok
Pintu gerbang pengadilan dijaga ratusan personel Brimob. Para polisi wanita muda membuat pagar hidup di pintu gerbang pengadilan. Aku mencoba masuk. Seorang polisi menahan.
"Tidak boleh masuk Pak", ujar Pak Polisi. Aku memberi penjelasan bahwa persidangan terbuka untuk umum. Tetap saja polisi itu melarang karena belum ada izin dari komandannya.
Sorakan dan teriakan Tangkap Ahok !! Tangkap Ahok !!, semakin kencang. Aku bertahan di kerumunan depan pintu gerbang pengadilan. Aparat sibuk mengatur barisan massa agar tidak menghalangi pengguna jalan. Jalan mulai macet karena massa telah menyemut.
Aku menerobos penjagaan aparat yang begitu ketat. Kali ini aku menyelip di antara massa yang ingin masuk ke dalam gedung. Aku harus masuk, itu tekadku. Suara dari megaphone polisi memberi izin 25 orang lagi pengunjung umum boleh masuk. Setelah berjuang keras akhirnya aku bisa masuk bersama dengan pengunjung lain.
Ruang sidang pengadilan menjorok jauh ke dalam. Setiap orang harus melalui pintu metal detector. Semua diperiksa ketat. Badan saya juga diperiksa seorang polisi.
Di ruang sidang kursi sudah terisi penuh. Beberapa orang terpaksa berdiri. Kursi kayu panjang cuma muat untuk empat orang. Aku minta ijin duduk di barisan depan tengah kursi nomor dua. Di depanku duduk Ruhut Sitompul dan Edi Prasetyo. Di kursi kiri depan nampak abang angkat Ahok, Andi Ananta Amir juga ikut menemani Ahok.
Di dalam ruang sidang cukup tertib. Jauh berbeda dengan di luar gedung yang riuh suara pendemo yang teriak teriak tangkap Ahok kafir. Kami menunggu hampir 40 menit. Aku melihat beberapa orang berpakaian ormas FPI, GNPF juga ada dalam ruang sidang.
Puluhan penasihat hukum Ahok terlihat mempersiapkan diri. Demikian juga Jaksa Penuntut Umum. Sekitar pukul 09.00 Wib panitera memberi tahu ketentuan dan tata tertib persidangan.
Ahok masuk ke dalam ruang sidang dari pintu sayap kiri. Ia memakai baju batik coklat lengan panjang padu celana hitam. Kami diminta berdiri karena Majelis Hakim memasuki ruangan.
Hakim membuka persidangan dengan memberi kesempatan kepada Jaksa membacakan dakwaannya. Jaksa Penuntut umum membaca dakwaan persis seperti berita selama ini. Pidato Ahok di Kepulauan Seribu dijadikan dasar sangkaan penistaan agama sesuai Pasal 156 KUHP.
Usai Jaksa membaca dakwaannya, Hakim Ketua memberi kesempatan Ahok membacakan nota keberatannya. Ahok membacakan nota keberatan pribadinya.
Awalnya Ahok berbicara dengan lancar dan jelas nota keberatannya. Ia menjelaskan sejarah perjalanan hidupnya. Ia membuka dengan kalimat pembuka cerita perjalanan karirnya sejak menjadi pengurus partai di Belitung Timur hingga menjadi seorang gubernur.
Semua proses pembentukan pribadinya dipengaruhi oleh guru gurunya di sekolah Islam Belitung Timur. Teman temannya, ulama, ayah kandung dan ayah angkatnya Andi Amir Baso yang juga adik kandung Panglima ABRI 1980an Jenderal M Yusuf.
Tiba-tiba suasana sidang terasa hening. Semua mata dan telinga ikut mendengar suara Ahok yang berubah serak dan terbata. Ahok berhenti bicara, lalu terisak menahan tangis saat menceritakan kisah ayah kandungnya yang bersumpah dengan ayah angkatnya seorang mantan Bupati Bone 1967 -1970, H. Andi Baso Amir, seorang muslim taat. Kedua keluarga ini bersumpah bahwa keluarga mereka adalah saudara sampai akhir hayat.
Ahok beberapa kali menghentikan ceritanya karena menahan tangis. Ia menarik nafas dalam mencoba menahan emosinya. Beberapa kali tisu diberikan oleh tim penasihat hukumnya. Ahok mengambil tisu itu. Mengelap air matanya.
Di luar sana teriakan suara pendemo pakai pengeras suara meneriakkan "AHOK KAFIR!! KAFIR!! TANGKAP AHOK!!", terdengar menembus dinding ruang sidang pengadilan.
Saya yang mengambil siaran langsung juga ikut berkaca kaca menahan sedih atas ekspresi Ahok. Saya melihat banyak pengunjung juga ikut menangis. Ruhut Sitompul yang duduk di samping saya juga ikut menangis. Beberapa kali Ia menghapus air matanya dengan sapu tangan.
"Bap

 nah sungguh mnguras air mata memang. Ok trima kasih suda mampir di bog yang sederhana ini. Semoga kita bisa ambil hikmah dari kejadian pak ahok . 
% TRIMA KASIH %

No comments:

Post a Comment